Tuhan sang
maha pengasih, maha pencipta dan sumber segala pengetahuan. Ia menciptakan
dunia dengan maha sempurna. Menciptakan segalanya dengan saling tali-temali
seperti manusia-binatang-tumbuhan-bumi yang tidak dapat dipisahkan layaknya
lingkaran, tampa ujung. Begitu juga dengan kasih sayang beliau yang tidak
terhingga. Ia menciptakan semua dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya
masing-masing sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras, sepadan.
Lalu
bagaimana dengan sumber segala pengetahuan? Sumber segala kebijaksanaan?
Tuhan
sungguh agung, ini tidak bisa dielakkan lagi. Segala sesuatu dari kecil hingga
besar dari yang kasat mata sampai yang tidak tampak, dari yang ada hingga tiada
semua dipenuhi dengan rahmat dan nilai yang bermakna bagi kehidupan.
Manusa
diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan yang dominan ketimbang makhluk lain.
Manusia dibekali pemikiran (idep), kemampuan berkomunikasi (Sabda),
dan tenaga untuk melakukan berbagai aktivitas (Bayu). Sehingga manusia
dikatakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kendati demikian
kesempurnaan tidak akan diperoleh dengan gamblang melainkan dengan memanfaatkan
kekurangan menjadi kelebihan dan kelebihan tetap di pertahankan jika bisa
ditingkatkan. Manusia wajib menggunakan kemampuan tersebut untuk mengamalkan
segala perintah dan menjauhi larangan beliau serta digunakan untuk mencari arti
hidup, menjadi manusia yang lebih memanusiakan manusia dan menjaga alam.
Dalam
kaitannya mencari arti hidup, Tuhan sudah menyediakan atau menyelipkan sejuta
makna kehidupan di balik segala benda, peristiwa dan anugrah ciptaan beliau.
Untuk itu kita dituntut berusaha mencari dan mengamalkannya salah satunya
dengan “Belajar dari Tumbuhan”
Pernahkah berpikir akan makna kehidupan yang terselip di kehidupan tumbuhan?
Tumbuhan
memang makhluk ciptaan Tuhan yang tidak mempunyai mulut, mata, telinga, hidung,
tangan dan kaki. kendati demikian, ia tetap berdiri dengan batang yang yang
tegap menatap mentari tanpa rasa gentar sekalipun. Walaupun ia tidak mempunyai
tangan dan kaki untuk mencari makan, ia memanfaatkan anugrah Tuhan yaitu akar
untuk menembus kokohnya batuan, masuk ke dalam tanah tanpa kenal lelah mencari
unsur penunjang hidup (unsur hara).
Walaupun
tanpa tangan ia tetap berdermawan dengan mengorbankan rantingnya sebagai tempat
bernaungnya burung-burung cantik, bergelantungan anggrek hutan. Ia rela
mengorbankan daun, batang, umbi bahkan seluruh tubuhnya untuk membantu yang
membutuhkan.
Ia makhluk
yang gigih. Sejak kecil hidup mandiri melawan kerasnya gelombang seleksi alam.
Walaupun tubuhnya terkoyak angin daunnya di makan ulat, ia akan berusaha
bangkit dan meregenerasi tumbuhnya.
Ia tidak
mengeluh sedikitpun dengan keadaannya, meskipun tumbuh di lereng bukit yang
curam dengan tanah yang kritis, tumbuh di dalam lautan pasir gurun yang miskin
air dan nutrisi (zat hara). Ia akan selalu menyesuaikan dirinya, berusaha
beradaptasi. Ia tidak merasa minder dan tetap berusaha memberikan yang terbaik
bagi sesamanya seperti kaktus yang berbuah di antara gurun. Buah tersebut bisa
dinikmati hewan liar yang tersesat dari peraduannya dan hewan yang kelaparan.
Bagaimanapun
keadaannya, ia tetap berusaha memberikan kesejukan dengan daunnya yang hijau,
berkilauan bagai perak di balur emas ketika di basuh embun pagi dan diterpa
sang fajar. Batangnya yang coklat kehitaman dan daunnya yang rimbun memberi kan
keteduhan pengelihatan dari silaunya terpaan mentari. Bunga-bunga yang wangi
semerbak dengan warna yang menawan sehingga bisa memberikan rasa nyaman dan
nikmat hidup di dunia.
Jika aku
atau kamu menjadi tumbuhan apa yang akan terjadi? Mungkin saja akan selalu
mengeluh kesakitan karena daun-daun di cabuti anak kecil yang iseng, menangis
karena tinggal diantara gurun yang miskin zat hara dan air, menggigil ketakutan
karena hidup di lereng tebing yang kritis dan curam. Bisakah masih menghasilkan
bunga yang cantik dan buah yang segar kendati tumbuh di gurun yang kritis?
Memang tidak
layak rasanya membandingkan manusia dengan yang bukan sesama manusia, tetapi
manusia sudah diberikan kelebihan oleh Tuhan untuk berpikir jangan sampai kita
menjadi makhluk yang lebih redah karena keegoan kita sendiri.
Pemikiranku:
“hidup akan
menjadi lebih indah dan sempurna ketika kita mau untuk menghargai hidup dan
memanfaatkan kekurangan menjadi kelebihan.”-Trianandika-
“kekurangan
bukan alasan untuk minder, menyerah dan berpangkutangan tetapi kekurangan
adalah kunci jawaban untuk kejayaan karena kekurangan adalah kelebihan utama
yang tertunda.”-Trianandika-
“kekuatan
yang tertinggi bukanlah dari tenaga melainkan kemauan untuk berusaha.”
-Trianandika-
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi blog ini. Jangan lupa komentarnya. Kritik, saran dan bimbingan yang konstruktif sangat diharapkan.