Pages

Selasa, 08 Januari 2013

Belajar dari Tumbuhan

                                        
Tuhan sang maha pengasih, maha pencipta dan sumber segala pengetahuan. Ia menciptakan dunia dengan maha sempurna. Menciptakan segalanya dengan saling tali-temali seperti manusia-binatang-tumbuhan-bumi yang tidak dapat dipisahkan layaknya lingkaran, tampa ujung. Begitu juga dengan kasih sayang beliau yang tidak terhingga. Ia menciptakan semua dengan segala macam kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras, sepadan.

Lalu bagaimana dengan sumber segala pengetahuan? Sumber segala kebijaksanaan?

Tuhan sungguh agung, ini tidak bisa dielakkan lagi. Segala sesuatu dari kecil hingga besar dari yang kasat mata sampai yang tidak tampak, dari yang ada hingga tiada semua dipenuhi dengan rahmat dan nilai yang bermakna bagi kehidupan. 

Manusa diciptakan oleh Tuhan dengan kemampuan yang dominan ketimbang makhluk lain. Manusia dibekali pemikiran (idep), kemampuan berkomunikasi (Sabda), dan tenaga untuk melakukan berbagai aktivitas (Bayu). Sehingga manusia dikatakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kendati demikian kesempurnaan tidak akan diperoleh dengan gamblang melainkan dengan memanfaatkan kekurangan menjadi kelebihan dan kelebihan tetap di pertahankan jika bisa ditingkatkan. Manusia wajib menggunakan kemampuan tersebut untuk mengamalkan segala perintah dan menjauhi larangan beliau serta digunakan untuk mencari arti hidup, menjadi manusia yang lebih memanusiakan manusia dan menjaga alam. 

Dalam kaitannya mencari arti hidup, Tuhan sudah menyediakan atau menyelipkan sejuta makna kehidupan di balik segala benda, peristiwa dan anugrah ciptaan beliau. Untuk itu kita dituntut berusaha mencari dan mengamalkannya salah satunya dengan “Belajar dari Tumbuhan”
                                 
                                        
Pernahkah berpikir akan makna kehidupan yang terselip di kehidupan tumbuhan?

Tumbuhan memang makhluk ciptaan Tuhan yang tidak mempunyai mulut, mata, telinga, hidung, tangan dan kaki. kendati demikian, ia tetap berdiri dengan batang yang yang tegap menatap mentari tanpa rasa gentar sekalipun. Walaupun ia tidak mempunyai tangan dan kaki untuk mencari makan, ia memanfaatkan anugrah Tuhan yaitu akar untuk menembus kokohnya batuan, masuk ke dalam tanah tanpa kenal lelah mencari unsur penunjang hidup (unsur hara).

Walaupun tanpa tangan ia tetap berdermawan dengan mengorbankan rantingnya sebagai tempat bernaungnya burung-burung cantik, bergelantungan anggrek hutan. Ia rela mengorbankan daun, batang, umbi bahkan seluruh tubuhnya untuk membantu yang membutuhkan.

Ia makhluk yang gigih. Sejak kecil hidup mandiri melawan kerasnya gelombang seleksi alam. Walaupun tubuhnya terkoyak angin daunnya di makan ulat, ia akan berusaha bangkit dan meregenerasi tumbuhnya.

Ia tidak mengeluh sedikitpun dengan keadaannya, meskipun tumbuh di lereng bukit yang curam dengan tanah yang kritis, tumbuh di dalam lautan pasir gurun yang miskin air dan nutrisi (zat hara). Ia akan selalu menyesuaikan dirinya, berusaha beradaptasi. Ia tidak merasa minder dan tetap berusaha memberikan yang terbaik bagi sesamanya seperti kaktus yang berbuah di antara gurun. Buah tersebut bisa dinikmati hewan liar yang tersesat dari peraduannya dan hewan yang kelaparan.

Bagaimanapun keadaannya, ia tetap berusaha memberikan kesejukan dengan daunnya yang hijau, berkilauan bagai perak di balur emas ketika di basuh embun pagi dan diterpa sang fajar. Batangnya yang coklat kehitaman dan daunnya yang rimbun memberi kan keteduhan pengelihatan dari silaunya terpaan mentari. Bunga-bunga yang wangi semerbak dengan warna yang menawan sehingga bisa memberikan rasa nyaman dan nikmat hidup di dunia.

Jika aku atau kamu menjadi tumbuhan apa yang akan terjadi? Mungkin saja akan selalu mengeluh kesakitan karena daun-daun di cabuti anak kecil yang iseng, menangis karena tinggal diantara gurun yang miskin zat hara dan air, menggigil ketakutan karena hidup di lereng tebing yang kritis dan curam. Bisakah masih menghasilkan bunga yang cantik dan buah yang segar kendati tumbuh di gurun yang kritis?

Memang tidak layak rasanya membandingkan manusia dengan yang bukan sesama manusia, tetapi manusia sudah diberikan kelebihan oleh Tuhan untuk berpikir jangan sampai kita menjadi makhluk yang lebih redah karena keegoan kita sendiri.

Demikian sedikit goresan yang saya buat. Saya mohon maaf jika goresan ini kurang tepat sasaran alias ngalur gidul. Kritik dan saran dari para bloger dan pembaca sangat saya harapkan. Semoga goresan ini bisa bermanfaat.

Pemikiranku:
“hidup akan menjadi lebih indah dan sempurna ketika kita mau untuk menghargai hidup dan memanfaatkan kekurangan menjadi  kelebihan.”-Trianandika-
“kekurangan bukan alasan untuk minder, menyerah dan berpangkutangan tetapi kekurangan adalah kunci jawaban untuk kejayaan karena kekurangan adalah kelebihan utama yang tertunda.”-Trianandika-
“kekuatan yang tertinggi bukanlah dari tenaga melainkan kemauan untuk berusaha.”

-Trianandika-

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog ini. Jangan lupa komentarnya. Kritik, saran dan bimbingan yang konstruktif sangat diharapkan.

 
Share