Pages

Rabu, 09 Januari 2013

Bermimpi dan Jangan menjadi Pemimpi

“Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukan dunia
Berlarilah tanpa lelah

Sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
Warnai bintang di jiwa.”
 
Banyak orang yang mengatakan kepada saya “janganlah bermimpi, ketika jatuh –tidak tercapai- akan sakit rasanya.” saya sering mendapat cibiran dari teman-teman karena terlalu banyak mimpi. Mereka bilang saya “tong kosong nyaring bunyinya.”
Hem...tidak apalah, saya di cibir yang penting mereka tidak terganggu dengan mimpi yang saya punya..ehehe.


Saya yakin, banyak sekali orang yang berspekulasi layaknya orang-orang di sekitar saya, teman-teman saya. Bahwa bermimpi adalah hal yang sia-sia karena mimpi adalah kegiatan semu, membuang-buang waktu. “benarkah itu?,” Jika ditanya ‘benarkah itu’ saya akan menjadi orang yang pertama untuk mengatakan tidak benar. “kenapa?,” jawabannya bisa di simak dalam artikel ini. Selamat membaca

Seperti cuplikan lirik di atas, lagu yang dinyanyikan band pavorit dan sekaligus lagu pavorit saya, Niji. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.” Lirik lagu ini bagi saya bukanlah isapan jempol semata, banyak sekali orang-orang sukses yang berawal dari mimpi-mimpi baik yang kecil maupun spektakuler.

Menurut saya mimpi adalah awal dari segalanya. Dengan bermimpi kita akan menjadi lebih siap dalam menyambut hari esok, apakah kita ingin secerah bulan tau secerah mentari. Dengan bermimpi kita akan lebih terfokus dalam mencari tujuan hidup, cita-cita untuk digapai. Dengan bermimpi kita akan belajar untuk membuat spekulasi-sepekulasi kehidupan kita kedepannya. Spekulasi-spekulasi inilah yang akan membuat pemikiran kita menjadi lebih matang dari biasanya.

Sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah mimpi itu, melainkan aktualisasinya. Inilah yang membuat banyak orang salahkaprah dan menyalahkan mimpi sebagai biangkeladi terbuangnya waktu, kegagalan dalam usaha dan sebagainya.

Semua orang bisa bermimpi bahkan binatang sekalipun. Namun orang-orang yang menaruh kepercayaan pada mimpi dan berusaha mewujudkan mimpinya sangat sedikit, jikapun ada kebanyakan tertutup awan kelabu. Alasannya saya kira karena kurang percaya diri, saya sendiripun sangat sering mengalaminya.

Saya pernah bermimpi ingin menjadi juara olimpiade biologi tingkat provinsi, namun karena kurang rasa percaya diri dengan beranggapan diri saya sangat bodoh, saya hanya menggantung mimpi itu. Ketika persiapan lomba, saya sudah menyerah duluan terlebih mendengar bisikan teman-teman saya katanya ”anak kota itu pintar-pintar...percuma belajar!.” Perlahan tapi pasti mental saya menjadi sangat-sangat down, mengambil buku saja sudah malas,,toh tidak akan dapat juara. Hem..benar saja ketika saya mengikuti lomba tersebut saya hanya lolos tingkat kabupaten.

Waktupun berlalu...lambat laun ketidak percayaan saya akan mimpi membuat pembina saya di sekolah sekolah terketuk dan memberikan saya sedikit siraman rohani. Kendati hanya sedikit dan dalam tempo waktu yang singkat, namun sampai sekarang masih terngiang di telinga saya. Ia menekankan akan pentingnya sebuah mimpi.

Ia mengatakan kepada saya, sebenarnya Tuhan menciptakan manusia itu pada dasarnya sama, namun manusia yang mampu muncul ke permukaan menjadi manusia yang unggul, manusia yang mempunyai masa depan yang cerah adalah manusia yang mempunyai mimpi dan semangat untuk mewujudkan mimpinya. Orang yang sukses karena 1% jenius, 99% usaha. “Bukankah anak sekolahan dari kota juga belajar? Belajarnyapun sama. Bukanlah kita diciptakan oleh Tuhan ?.”

Ketika saya berusaha memulai membangun mimpi saya, saya menemukan kendala lain. “seberapa tinggikah saya harus memiliki mimpi?,” memang untuk menjawab ini sangat rumit karena tingginya tingkatan mimpi tidak bisa di ukur secara nyata. “tidakkah jika mimpi saya terlalu tinggi, saya tidak akan bisa meraihnya?,” untuk pemikiran saya ini, saya tidak mau banyak ambil pusing. Jawaban saya sederhana saja, “buat apa kita bermimpi akan hal-hal yang sudah pasti dan gampang di raih? Bukankah itu tidak ada tantangannya?.” Hidup akan jauh lebih berarti jika ada tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut penuh dengan tantangan, inilah prinsip yang coba saya gunakan.

Di jejaring sosial ada perkataan yang membuat saya terkekeh “gantunglah mimpimu setinggi atap kost.” Jika diamati sekilas kata ini memang lucu walau tidak menjamin membuat ketawa. Namun bagi saya sangatlah berarti. Pesimisme adalah kendala terbesar dalam meraih mimpi. Sebenarnya kata tersebut penuh makna. Apakah maksudnya dengan merantau untuk meraih mimpi ? ataukah jangan bermimpi tinggi-tinggi?. Ketika saya tanya, jawabannya adalah janganlah banyak bermimpi, akhir dari komentar saya adalah tidak setuju. 

                                        
“Bagaimana jika mimpi saya gagal?,”  “kasihaaann dehhh looo.”...  saya rasa bukan itu jawaban yang sesuai. Gagal atau berhasil adalah hal biasa, namun yang berhasil karena gagal itu luar biasa. Samahalnya seperti ketika kita masih kecil, bukankah kita belajar dari kegagalan-kegagalan? Seperti pada saat belajar merangkak, beratus-ratus kali terjuntai namun tidak kenal lelah dan akhirnya sekarang bisa pandai berjalan.

Marilah bermimpi tetapi jangan menjadi pemimpi. Bermimpi memang berkutat pada hanyalan namun hanyalan ini bukanlah hanyalan biasa yang hanya untuk memanipulasi diri, merasa senang dengan angan-angan palsu. Jadikanlah mimpi itu kenyataan.

Orang yang mempunyai mimpi adalah orang yang akan maju. Orang yang mempunyai mimpi dan berusaha untuk mewujudkannya adalah orang yang maju, orang yang mampu menentukan tujuan hidupnya. Seorang yang bermimpi bukanlah orang yang takut menghadapi masadepan, melainkan orang yang pemikir. Seorang yang melihat masadepan sebagai pintu yang siap terbuka untuk dirinya, melihat resiko bukan dengan ketakutan namun dengan kepercayaan diri yang tidak gentar walau di hempas badai.

Jangan menjadi sang pemipi. Sang pemimpi adalah mereka yang terbuai oleh mimpi-mimpi manis yang mereka buat tanpa ingin bangun untuk mengakhirinya, kemudian mewujudkannya. Mimpi adalah bagian hidup sementara realitasnya menguap. Bermimpi hanya untuk memanjakan otak, kabur ketika menghadapi kesulitan. 
                                               

Sobat Mari Belajar “teruslah bermimpi tetapi jangan menjadi Pemimpi.” Mari kita sama-sama merubah pola pikir kita, tidak usah ragu untuk bermimpi dan mewujudkan mimpi tersebut. “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa atau kaum, sebelum bangsa atau kaum itu mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri.”

Trianandika,

4 komentar:

andieshinigami mengatakan...

saya setuju, bermimpi memang boleh sob, tapi juga harus diimbangi dengan usaha untuk mewujudkannya..
:D

artikel bermanfaat..
maju terus yaaa blog nya

salam berbagi

Unknown mengatakan...

Terimakasih atas komentarnya. mari bersama-sama kita bermimpi dan merealisasikannya.
mohon bimbingannya juga (baru belajar nulis di blog).

Unknown mengatakan...

nice post (y)

Anonim mengatakan...

terimakasi sob weda atas kunjungannya

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi blog ini. Jangan lupa komentarnya. Kritik, saran dan bimbingan yang konstruktif sangat diharapkan.

 
Share