“Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukan
dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya
Laskar pelangi takkan
terikat waktu
Bebaskan mimpimu di
angkasa
Warnai bintang di jiwa.”
Banyak orang
yang mengatakan kepada saya “janganlah bermimpi, ketika jatuh –tidak tercapai-
akan sakit rasanya.” saya sering mendapat cibiran dari teman-teman karena
terlalu banyak mimpi. Mereka bilang saya “tong kosong nyaring bunyinya.”
Hem...tidak
apalah, saya di cibir yang penting mereka tidak terganggu dengan mimpi yang
saya punya..ehehe.
Saya yakin,
banyak sekali orang yang berspekulasi layaknya orang-orang di sekitar saya,
teman-teman saya. Bahwa bermimpi adalah hal yang sia-sia karena mimpi adalah
kegiatan semu, membuang-buang waktu. “benarkah itu?,” Jika ditanya ‘benarkah
itu’ saya akan menjadi orang yang pertama untuk mengatakan tidak benar.
“kenapa?,” jawabannya bisa di simak dalam artikel ini. Selamat membaca
Seperti
cuplikan lirik di atas, lagu yang dinyanyikan band pavorit dan sekaligus lagu
pavorit saya, Niji. “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia berlarilah
tanpa lelah sampai engkau meraihnya.” Lirik lagu ini bagi saya bukanlah isapan
jempol semata, banyak sekali orang-orang sukses yang berawal dari mimpi-mimpi
baik yang kecil maupun spektakuler.
Menurut saya
mimpi adalah awal dari segalanya. Dengan bermimpi kita akan menjadi lebih siap
dalam menyambut hari esok, apakah kita ingin secerah bulan tau secerah mentari.
Dengan bermimpi kita akan lebih terfokus dalam mencari tujuan hidup, cita-cita
untuk digapai. Dengan bermimpi kita akan belajar untuk membuat
spekulasi-sepekulasi kehidupan kita kedepannya. Spekulasi-spekulasi inilah yang
akan membuat pemikiran kita menjadi lebih matang dari biasanya.
Sebenarnya
yang menjadi masalah bukanlah mimpi itu, melainkan aktualisasinya. Inilah yang
membuat banyak orang salahkaprah dan menyalahkan mimpi sebagai biangkeladi
terbuangnya waktu, kegagalan dalam usaha dan sebagainya.
Semua orang
bisa bermimpi bahkan binatang sekalipun. Namun orang-orang yang menaruh
kepercayaan pada mimpi dan berusaha mewujudkan mimpinya sangat sedikit, jikapun
ada kebanyakan tertutup awan kelabu. Alasannya saya kira karena kurang percaya
diri, saya sendiripun sangat sering mengalaminya.
Saya pernah
bermimpi ingin menjadi juara olimpiade biologi tingkat provinsi, namun karena
kurang rasa percaya diri dengan beranggapan diri saya sangat bodoh, saya hanya
menggantung mimpi itu. Ketika persiapan lomba, saya sudah menyerah duluan
terlebih mendengar bisikan teman-teman saya katanya ”anak kota itu
pintar-pintar...percuma belajar!.” Perlahan tapi pasti mental saya menjadi
sangat-sangat down, mengambil buku saja sudah malas,,toh tidak akan dapat
juara. Hem..benar saja ketika saya mengikuti lomba tersebut saya hanya lolos
tingkat kabupaten.
Waktupun
berlalu...lambat laun ketidak percayaan saya akan mimpi membuat pembina saya di
sekolah sekolah terketuk dan memberikan saya sedikit siraman rohani. Kendati
hanya sedikit dan dalam tempo waktu yang singkat, namun sampai sekarang masih
terngiang di telinga saya. Ia menekankan akan pentingnya sebuah mimpi.
Ia
mengatakan kepada saya, sebenarnya Tuhan menciptakan manusia itu pada dasarnya
sama, namun manusia yang mampu muncul ke permukaan menjadi manusia yang unggul,
manusia yang mempunyai masa depan yang cerah adalah manusia yang mempunyai
mimpi dan semangat untuk mewujudkan mimpinya. Orang yang sukses karena 1%
jenius, 99% usaha. “Bukankah anak sekolahan dari kota juga belajar?
Belajarnyapun sama. Bukanlah kita diciptakan oleh Tuhan ?.”
Ketika saya
berusaha memulai membangun mimpi saya, saya menemukan kendala lain. “seberapa
tinggikah saya harus memiliki mimpi?,” memang untuk menjawab ini sangat rumit
karena tingginya tingkatan mimpi tidak bisa di ukur secara nyata. “tidakkah
jika mimpi saya terlalu tinggi, saya tidak akan bisa meraihnya?,” untuk
pemikiran saya ini, saya tidak mau banyak ambil pusing. Jawaban saya sederhana
saja, “buat apa kita bermimpi akan hal-hal yang sudah pasti dan gampang di
raih? Bukankah itu tidak ada tantangannya?.” Hidup akan jauh lebih berarti jika
ada tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut penuh dengan tantangan, inilah
prinsip yang coba saya gunakan.
Di jejaring
sosial ada perkataan yang membuat saya terkekeh “gantunglah mimpimu setinggi
atap kost.” Jika diamati sekilas kata ini memang lucu walau tidak menjamin
membuat ketawa. Namun bagi saya sangatlah berarti. Pesimisme adalah kendala
terbesar dalam meraih mimpi. Sebenarnya kata tersebut penuh makna. Apakah
maksudnya dengan merantau untuk meraih mimpi ? ataukah jangan bermimpi
tinggi-tinggi?. Ketika saya tanya, jawabannya adalah janganlah banyak bermimpi,
akhir dari komentar saya adalah tidak setuju.
“Bagaimana
jika mimpi saya gagal?,” “kasihaaann
dehhh looo.”... saya rasa bukan itu
jawaban yang sesuai. Gagal atau berhasil adalah hal biasa, namun yang berhasil
karena gagal itu luar biasa. Samahalnya seperti ketika kita masih kecil,
bukankah kita belajar dari kegagalan-kegagalan? Seperti pada saat belajar
merangkak, beratus-ratus kali terjuntai namun tidak kenal lelah dan akhirnya
sekarang bisa pandai berjalan.
Marilah
bermimpi tetapi jangan menjadi pemimpi. Bermimpi memang berkutat pada hanyalan
namun hanyalan ini bukanlah hanyalan biasa yang hanya untuk memanipulasi diri,
merasa senang dengan angan-angan palsu. Jadikanlah mimpi itu kenyataan.
Orang yang
mempunyai mimpi adalah orang yang akan maju. Orang yang mempunyai mimpi dan
berusaha untuk mewujudkannya adalah orang yang maju, orang yang mampu
menentukan tujuan hidupnya. Seorang yang bermimpi bukanlah orang yang takut
menghadapi masadepan, melainkan orang yang pemikir. Seorang yang melihat
masadepan sebagai pintu yang siap terbuka untuk dirinya, melihat resiko bukan
dengan ketakutan namun dengan kepercayaan diri yang tidak gentar walau di
hempas badai.
Jangan
menjadi sang pemipi. Sang pemimpi adalah mereka yang terbuai oleh mimpi-mimpi
manis yang mereka buat tanpa ingin bangun untuk mengakhirinya, kemudian
mewujudkannya. Mimpi adalah bagian hidup sementara realitasnya menguap.
Bermimpi hanya untuk memanjakan otak, kabur ketika menghadapi kesulitan.
Sobat Mari
Belajar “teruslah bermimpi tetapi jangan menjadi Pemimpi.” Mari kita sama-sama
merubah pola pikir kita, tidak usah ragu untuk bermimpi dan mewujudkan mimpi
tersebut. “Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa atau kaum, sebelum
bangsa atau kaum itu mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri.”
Trianandika,
4 komentar:
saya setuju, bermimpi memang boleh sob, tapi juga harus diimbangi dengan usaha untuk mewujudkannya..
:D
artikel bermanfaat..
maju terus yaaa blog nya
salam berbagi
Terimakasih atas komentarnya. mari bersama-sama kita bermimpi dan merealisasikannya.
mohon bimbingannya juga (baru belajar nulis di blog).
nice post (y)
terimakasi sob weda atas kunjungannya
Posting Komentar
Terimakasih telah mengunjungi blog ini. Jangan lupa komentarnya. Kritik, saran dan bimbingan yang konstruktif sangat diharapkan.